Tiga Pendaki yang Tersambar Petir di Gunung Slamet Akhirnya Dievakuasi

Jakarta - Dua dari tiga pendaki Gunung Slamet asal Tegal yang tersambar petir di Pos 7 jalur pendakian Dusun Bambangan di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah berhasil dievakuasi Tim SAR gabungan dari SAR Purbalingga dan BPBD Purbalingga.

"Iya tadi pukul 16.30 WIB turun (di Bambangan) dan pukul 17.00 WIB sudah langsung ditangani di Puskemas Karengreja," kata Koordinator pos pendakian Gunung Slamet Desa Kutabawa, Slamet Ardiansyah kepada detikcom, Jumat (30/12/2016) sore.

Menurut dia, ketiga pendaki tersebut yakni Prayit 16 tahun, Ilham 17 tahun, dan Nafandio 17 tahun, ketiganya merupakan warga Desa Lebaksiu, Tegal melakukan pendakian pada Rabu 28 Desember 2016 dan dua di antaranya tersambar petir saat berada di dalam tenda pada Kamis 29 Desember 2016 sekitar pukul 21.00 WIB.

"Katanya malam sekitar pukul 21.00 WIB ada petir langsung menyambar tenda, dua pendaki tersambar karena saat itu memang hujan lebat. Kemudian salah satu pendaki yang selamat langsung minta tolong," jelasnya.

Dia menjelaskan, kondisi pos 7 saat kejadian memang sedang ramai para pendaki, sehingga ketika terdengar teriakan minta tolong, para pendaki langsung mengevakuasi kedua korban ke shelter yang berada di lokasi tersebut.

"Salah satu itu teriak minta tolong, karena banyak pendaki lain kemudian yang tersambar petir dibantu dibawa ke shelter pos 7," ujarnya.

Tim SAR Purbalingga yang mendapatkan informasi pada pagi harinya langsung mengirimkan 8 personel untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan tersebut, setelah itu pada pukul 11.00 WIB Tim SAR gabungan kembali mengirimkan 14 personil untuk membantu tim pertama yang sudah terlebih dahulu berangkat.

"Korban 2 pendaki atas nama Prayit dan Novan mengalami luka bakar di kaki semua. Kalau yang satu lagi tadi bisa jalan, dia tidak apa-apa, keluarganya juga tadi datang ke Pos Bambangan," ujarnya.

Sebelumnya tiga pendaki Gunung Slamet dikabarkan tersambar petir saat berada di Pos 7 ketika mendaki dari jalur pendakian Dusun Bambangan di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Dari informasi yang diterima, ketiga pendaki tersebut naik pada tanggal 28 Desember 2016 yakni Prayit 16 tahun, Ilham 17 tahun, dan Nafandio 17 tahun, ketiganya beralamat di Desa Lebaksiu, Tegal. Pada tanggal 29 Desember sore hari dua orang pendaki tersebut tersambar petir di Pos 7, satu orang dengan identitas Prayit dan satu pendaki lainnya belum diketahui identitasnya kondisi terluka.

"Kita sudah luncurkan 8 personel untuk ngecek ke lokasi, sekalian menjemput kalau informasi yang diterima benar, karena informasinya sendiri kita dapat dari bawah," kata Koordinator pos pendakian Gunung Slamet Desa Kutabawa, Slamet Ardiansyah. (Sumber: detik.com),

Mengintip Tempat Terdingin di Dunia Berpenduduk 500 Jiwa

 
Jiwa Merdeka, Moskow - Seorang fotografer melakukan perjalanan yang berani ke sebuah kota terdingin di dunia, yang dihuni oleh hanya 500 orang, untuk mengetahui bagaimana mereka bisa hertahan hidup di sana.

Fotografer tersebut melakukan perjalanan ke sebuah desa kecil di Oymyakon, yang terletak di wilayah tundra Siberia, seperti dilaporkan Daily Mirror, Minggu (23/10/2016).

Oymyakon adalah ibu kota sebuah distrik, yang terletak di Negara Bagian Sakha (Yakutia), Rusia, dan diyakini sebagai tempat terdingin yang dihuni oleh manusia di bumi ini.

Suhu udara di sana secara teratur berada pada minus (-) 50 derajat Celsius dan menjadikan wilayah itu sebagai tempat terdingin di dunia.

Sekarang, ketika musim dingin semakin mendekat, 500 warga yang menetap di wilayah itu harus mengatasi kondisi sulit itu setiap hari dengan cara-cara yang ekstrem pula.



Amos Chapple, fotografer asal Selandia Baru, telah bertolak ke desa terpencil di Siberia, Rusia, itu dan menetap di sana dua hari untuk mengetahui bagaimana warga tundra Siberia itu bisa bertahan.
"Saya mengenakan celana tipis ketika saya pertama kali melangkah ke luar rumah dengan suhu minus (-) 47 derajat Celsius," katanya.

"Saya ingat, saya merasa secara fisik suhu dingin mencengkeram kaki saya," kata Chapple kepada Weather.com.

"Kejutan lain, kadang-kadang air liur saya terasa membeku menjadi jarum yang akan menusuk bibir saya," katanya.

Selama kunjungannya, Chapple berhasil mendokumentasikan bagaimana warga mengatasi suhu beku yang ekstrem dari hari ke hari.

Setiap hari barang-barang apa saja di sana berada di bawah ancaman pembekuan konstan.

Tanah tertutup es atau salju tebal, yang membuat hanya sedikit air yang mengalir ke dalam rumah.

Akibatnya, sebagian besar kamar mandi dan toilet tidak bisa berfungsi.

Orang-orang bergerak dengan mengenakan pakaian serba hangat. Rumah, jalan, kendaraan, tertutup es.

Sebelum pemakaman, penduduk setempat harus menyalakan api unggun untuk menggemburkan tanah menjelang pemakaman.

Desa ini telah mencatat suhu terendah yakni  mencapai suhu 71,2 Celsius di bawah nol atau minus (-) 71,2 derajat Celsius pada tahun 1924. (Sumber: Kompas.com).